Siang itu
dipojok kamar asrama, aku baru terbangun dari tidurku setelah semalaman
begadang. Sambil bergumam ‘’sumuuukee...’’. bajuku pun terlempar keatas lemari,
mingkin dia sudah nggak betah dengan bau badanku. Haha...
Begitu perih
dimata karena baru terbuka dan terkena teriknya mentari. Mata ini masih sulit
untuk memandang. Anak-anak sekolah yang baru pulang dan makan merubah suasana
menjadi ramai seperti halnya pasar. Kugerakkan tubuh ini beranjak dari kasur, mengambil
handuk lalu pergi mandi.
Kembali ke
kamar dengan memegang perut yang amat sangat kosong. Seperti ayam yang berkokok
kala mentari baru bersinar. Terlihat sebatang rokok diatas meja yang baru saja
dilemparkan temanku padaku, sambil berkata ‘’ Nyoh rokok’’. Aku biasa
memanggilnya Sonthol. Tak lama setelah ganti baju, kuambil rokok itu lalu
kubakar ujungnya sembari duduk santai didepan pintu kamar. Uuuuuhh, sungguh
nikmat. Setetes dari samudera kenikmatan yang diberikan Tuhan kepada hamba-Nya.
Terimakasih Tuhan, terimakasih kawan.
Tiba-tiba aku
bertanya pada diriku sendiri, ‘’ini hari apa?, jam berapa?’’, aku sedang apa?. Hahaha..
mungkin karena nyawaku belum sepenuhnya bersatu dengan ragaku. Aku gerakkan
perlahan tubuhku ke kanan dan ke kiri, ke ataas dan ke bawah. Sedikit pemanasan
untuk memulai hari ini.
Semakin
terasa perih dan rami berkokok perut ini, tapi malas beli sarapan, karena jarak
warung dari asramaku tidak ada yang dekat, apalagi beli sendiri. Akhirnya aku
beli kerupuk dua bungkus, satu batang cokelat, dan dua batang rokok, cukup
dengan uang Rp 4.000 sudah membuat mulut dan perutku merasa nyaman.
Sepertinya
matahari siang ini mulai bersembunyi dibalik mendung, sama halnya suasana
hatiku yang tidak seterik biasanya. Hanya berteman dua batang rokok, satu botol
besar air mineral dan notebook, didepannya lagi ada temanku si Gendut yang
sedang tidur dengan pulasnya. Namanya Jalal. Aku dan dia tidak jauh berbeda
dengan matahari dan bulan. Kenapa bisa begitu? Ya, gaya hidupnya normal seperti
anak sekolah yang lain. Tapi dia lebih teratur daripad yang lain. Pagi bangun,
berangkat sekolah. Katanya disekolahan dia nggak pernah tidur walaupun tidak
ada jam pelajaran atau lagi kosong. Dia rajin belajar, mengaji, aktif dalam
organisasi dalam maupun luar sekolah dan berjanjen setiap malam jum’at. Sedangkan aku, aku baru saja lulus sekolah
dan belum meneruskan sekolah lagi atau kuliyah. Jadi malamku aku isi dengan
banyak kegiatan, entah itu bermanfaat atau tidak. Dan paginya aku tidur. Tapi
itu tidak kulakukan setiap hari. Jadi bisa dikatakan temanku jalal sebagai
matahari dan aku bulannya. Hahaha.. kira-kira siapa yang jadi bulan dan
mataharinya?. (Tolong jangan meniru gaya hidupku, tidak baik bagi kesehatan).
Suara
lantunan bait-bait suci dari toa masjid sudah terdengar begitu keras, rasanya
kurang enak kalau saya teruskan tulisan yang aneh ini. Mungkin ini waktunya aku
bergegas dan menjalankan kewajiban empat roka’at. Dan kesunnahan ngopi. Salam
hangat dariku, dan ‘’ayo ngopi ndisek...’’ :D
Kajen, 11 November 2014
Tidak ada komentar:
Posting Komentar